Senin, 15 Oktober 2012

Apa kabar Tapos? (bagian 2 - habis)

Ini adalah cerita sambungan dari posting terdahulu.

Cukup banyak yang terjadi tentunya di Kampung Tapos ini.  Bayangkan saja rentang waktunya dari tahun 1996 hingga tahun 2012.  Tentu tak cukup sebuah posting untuk menceritakan apa yang terjadi dalam waktu 16 tahun.  Untuk mempersingkat posting ini, saya hanya akan mengabarkan situasi terbaru di sana.

Dalam gambaran sepintas, situasi Tapos rasanya tak jauh berbeda dengan situasi 16 tahun lalu.  Warga kampung yang merasa miskin atau memang benar-benar miskin masih ada.  Mereka juga masih hidup sebagai “petani tanggung”.  Maksud saya berprofesi sebagai petani, namun tidak cukup berdaulat terhadap sarana penunjang produksi pertanian seperti lahan pertanian.  Sebagian besar lahan garapan dimiliki oleh “orang-orang kota”.  Saya harap Anda tidak bertanya tentang konflik sosial yang terjadi, karena saya merasa belum cukup paham dan punya pengalaman di bidang sosial maupun budaya.  Mungkin saja ada masalah itu, namun saya tak berani berkomentar .... hehehe, takut salah.

Dari penuturan seorang sahabat yang tinggal di Tapos, saya banyak mendengar tentang permasalahan yang muncul saat ini.  Namun setidaknya saya hanya mampu menangkap beberapa hal saja.  Itupun saya rasa tidak terlalu lengkap dan dalam informasinya.  Beberapa hal itu adalah ...


Beberapa tahun terakhir, telah berdiri sebuah sekolah informal di Tapos.  Bentuknya adalah pendidikan anak usia dini, atau biasa disebut PAUD.  Pendirian sekolah ini dimotori oleh Telapak.  Sayangnya kini kondisinya tak cukup baik, bahkan bisa disebut tidak berkembang.  Para pengajarnya, yang direkrut dari orang asli Tapos mengeluh kesulitan dalam mengembangkannya.  Bahkan, sembari bergurau salah seorang pengajarnya menyebut kata “kondisinya memprihatinkan”.  Walau saya tak sempat mencari tahu lebih dalam maksud dari kata itu, namun yang tersirat di benak saya adalah mereka butuh teman dan butuh bantuan.  Teman seperti apa dan bantuan seperti apa, tentu harus dicari tahu lebih dalam.

Di kampung ini pernah berdiri sebuah kelompok tani yang cukup masyhur namanya di seantero Kecamatan Cijeruk.  Namanya Kelompok Tani Lindung Harapan.  Sayangnya kini kelompok tersebut terkesan hidup enggan mati tak hendak.  Semoga saya salah duga, karena yang terlihat dari kelompok ini hanya tinggal papan nama saja.

Saya mendapat kabar bahwa warga Tapos saat ini juga mengalami masalah dengan ketersediaan air.  Bahkan sempat terjadi beberapa kali perseteruan antar warga soal pembagian air dari bak penampungan.  Saya menduga hal ini terjadi karena kemarau panjang yang melanda akhir2 ini.  Namun saya mendengar cerita tentang meningkatnya aktivitas penambangan pasir di anak2 sungai.  Saya juga mendengar kabar munculnya para pebisnis air minum di Desa Sukaharja dan sekitarnya.  Jangan2 aktivitas mereka2 itu juga berpengaruh pada minimnya ketersediaan air di Tapos.

Demikian beberapa kilas cerita pandangan mata dan cerita teman tentang Kabar Kampung Tapos.  Semoga saja cerita ini tidak hanya jadi bacaan sepintas, namun bisa mengilhami sebuah keinginan yang kemudian menjadi tindakan nyata untuk membantu warga Tapos. Amiiin ...

0 komentar: