Ternyata seorang teman kita punya bakat yang sungguh luar binasa …
Dia tak hanya piawai dalam memimpin gerakan perubahan di wilayahnya, namun juga piawai dalam bernyanyi, menari dan bercerita.
Kejutan ini terjadi di akhir acara Rapat Kerja Nasional Telapak di Kampung Citalahab Sentral, kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Setelah hiburan angklung dari masyarakat setempat, beberapa kawan mulai menjajal kemampuan mereka memainkan angklung sambil berdendang. Sayangnya hari telah larut malam sehingga dengan terpaksa permainan angklung harus terhenti karena para pemain aslinya pamit pulang ke rumah masing2. Suasana pun jadi sepi tanpa adanya hiburan musik.
Dalam keheningan ini, beberapa kawan tadi mulai bernyanyi2 tanpa iringan musik. Suasana ini membuat satu dua orang mulai berkreasi mencari apa saja yang dapat menghasilkan suara. Ada yang menggunakan gelas kosong dan sendok bekas pakai, ada yang hanya bertepuk tangan, dan ada pula yang memukul2 lantai papan dalam upayanya menghasilkan suara gendang.
Musik apa super minim ini pun mengiring lantunan lagu2 di era 80-an, dangdut dan melayu. Semua gembira dan bernyanyi hingga lelah. Suasana kembali hening karena kelelahan. Tanpa dinyana, tiba2 teman kita Sidik melantunkan irama musik melayu “ … tet teretet tereteet”. Seketika suasana berubah karena lantunannya pun diikuti dengan nyanyian lagu “serampang duabelas” dari teman lainnya. Dan selanjutnya Sidik pun memimpin pertunjukannya sendiri dengan bercerita gaya melayu. “Saya ini … sejak kecil sudah berprestasi. Kelas dua SD saya bersama teman2 belajar menari serampang duabelas. Lalu saat kelas empat SD kami mengikuti sayembara menari di TVRI Medan,” tuturnya. Lalu musik dari mulut kami pun mulai melantunkan lagu melayu. Lalu cerita pun mengalir lancar dari mulut Sidik seakan sebuah cerita sejarah panjang perjalanannya di waktu kecil. Cerita ini jadi menarik karena dikemas dalam suasana ringan, santai dan interaktif dengan para penontonnya. Rasanya seperti menyaksikan pagelaran monolog dengan gaya lenong. Sesekali celetukan penonton terdengar mengisi kekosongan sehingga suasana lucu yang segar pun menghiasi monolog tersebut. Tak hanya itu, cerita perjalanan hidup ini jadi makin menarik ketika Sidik mulai mempertontonkan kepiawaiannya menari ala melayu. Untuk mempertahankan suasana segar, Sidik pun mengulang2 ceritanya hingga terasa seperti sebuah “de javu” yang lucu dan menghibur. Tak terasa akhirnya kami pun menyudahi acara hiburan dadakan ini saat dingin malam menjadi semakin dingin karena hari menjelang pagi.
Bagi saya, hal ini sungguh luar biasa. Teman kita Sidik telah berhasil menghadirkan suasana segar dan menghibur setelah kami semua lelah dengan pertemuan dan diskusi. Dengan bakatnya ini, tak salah bila Sang Menteri Komunikasi Telapak mengusulkan adanya konser keliling Oom Sidik van Lampung ke seluruh wilayah Badan Teritorial Telapak. Pak Menteri menyebutnya sebagai “Konser ST-12”. Dan panggung perdananya dilakukan di BT Jawa Bagian Barat, tepatnya di kawasan Gunung Halimun.
Rabu, 05 Mei 2010
Konser Perdana ST-12
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Salut tuk Mbah Sidiek dah
Posting Komentar