Entah apa sebabnya hari ini ada kejadian menarik yang tampaknya pas jadi diceritakan. Dua orang teman dari Telapak datang berboncengan sepeda motor ke kantor saya. Tampang keduanya terlihat lusuh dan kuyu seperti habis bekerja keras menjadi kuli panggul.
Walau keduanya berparas kuyu, namun saya lebih tertarik mengulas salah seorang diantaranya. Sebutlah namanya Abu. Menilik perawakannya, si Abu adalah orang yg cukup berkecukupan dalam hal asupan gizi, bahkan mungkin berlebihan (sedikit di bagian perut ... hehehe). Selama ini saya mengenalnya sebagai orang yg selalu tampil riang dengan wajah segar. Tapi kali ini penampilannya sungguh berbeda. Bukan berbeda dalam hal pakaian yg dikenakan. Tapi berbeda dalam emosi dan mimik muka. Ia terlihat lelah, dan kelaparan.
Waaahh ... kelaparan?? Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi? Namun begitulah kejadian sore hari pukul 16.30 di kantor saya ini. "Aku lapar sekali Paak ... udah lama menahan rasa lapar ini. Mau beli di restoran terdekat, harganya mahal, untung aku dapat makan siang di sini!" demikian ungkap si Abu sambil terus saja mengunyah makan siangnya yg terlambat. Kebetulan sekali di kantor saya disediakan makan siang. Dan jika jumlah makan siangnya berlebih karena ada yg tidak makan di kantor seperti hari ini, maka siapa saja bisa memakannya.
Hari memang sudah sore. Saat saya mengintip ke luar jendela, terlihat cahaya jingga menyeruak pertanda hari memang menjelang petang. Dan beberapa menit kemudian Abu pun terlihat mulai tenang. Rupanya ia telah menghabiskan makan siangnya yg terlambat.
Saya tak ingin mencari tahu lebih jauh mengapa kawan saya Abu kelaparan spt ini. Mungkin saja ia tidak menemukan makan siang yang harganya sesuai dengan isi kantongnya. Mungkin semenjak pagi ia sebenarnya sudah berniat untuk puasa, namun di tengah perjalanan ia tak mampu menahan lapar. Atau bisa jadi ia sedang mencoba utk melakukan diet, namun simpanan energi di tubuhnya tak cukup membuat ia bertahan hingga makan malam. Ahhh sudah lahh ... yg sore ini ada sebuah cerita tentang "si Abu yang Kelaparan".
Abuu .... Abu ... kasihan deh Luu ....!!!
Rabu, 18 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
ini adalah gejala awal dari berubahnya sebuah sistim. biasanya emang ada makan siang tersedia yg bisa diakses siapa aja yg nongol di kantornya yg biasa abu tongkrongin. sekarang tidak ada lagi.
makan siang bisa dikategorikan barang publik. karena bisa diakses siapa saja. bukan cuma orang yg katanya berkarya di situ. tamu yg gak kenal juga ada juga yg ikutan. ngelantur nih ah. setelah tata pemerintahan berganti, barang publik ini tidak dipelihara lagi. hilanglah akses dan hak publik untuk mendapat keuntungan dari sana.
ini ngutip dari kuliah sungai soal peran pemerintah sebagai penjaga barang publik. nasib abu mirip-mirio sungai itulah. hidden. ketutup sampah kaleee...
hehehe ini dia nih serunya ... ternyata makan siang masuk kategori barang publik, sama seperti sungai.
Mari selamatkan barang publik ini bersama2!!!
Posting Komentar