Berjalan kaki. Sepertinya sudah mulai ditinggalkan orang. Orang biasanya lebih memilih menggunakan kendaraan, sekalipun ada pilihan jalan kaki. Bersusah payah membuang peluh memang tidak lagi populer. “Ngapain jalan, orang ada angkutan koq. Lagian itu kan lewat hutan dan jauh lagi. Capek euy … umur sudah tidak mengijinkan!” begitu biasanya komentar orang saat diajak jalan menembus hutan. Tapi apa memang berjalan kaki itu sesuatu yang tidak berguna dan tidak layak dilakukan? Lucunya umur selalu dijadikan alasan, padahal usianya masih di bawah 50 tahun.
Sudah lah … berjalan kaki memang sebuah pilihan. Maka saya bersama beberapa teman pun akhirnya memutuskan untuk tetap melakukannya. Saya ditemani oleh Ghonjess, Ejhon, Ndaru, dan Pak Pandit. Kami semua jelas sudah tidak muda lagi, bahkan Pak Pandit sudah berusia 50 tahun. Sebenarnya ada seorang teman berinisial BG yang sedari awal menyatakan kesediaan untuk ikut berjalan kaki. Namun, sesaat sebelum perjalanan dimulai, BG membatalkan niatnya dan pergi begitu saja meninggalkan kami dengan ojeg.
Ini adalah perjalanan, yang sebenarnya tidak terlalu jauh. Kata orang jaraknya hanya sekitar 17 km saja. Tapi waktu tempuhnya bisa lumayan lama mengingat jalurnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun – Salak, Jawa Barat. Kami menempuh perjalanan dari Desa Cipeuteuy menuju Kampung Citalahab Sentral. Kampung yang kami tuju adalah sebuah kampung kecil dengan 17 rumah di tepi perkebunan teh Nirmala. Rute ini melintasi beberapa kampung, persawahan, kebun sayuran, hutan hujan tropis dataran rendah khas Jawa Barat, dan terakhir perkebunan teh.
Bagi saya ini adalah rute yang cukup menarik. Banyak hal yang bisa dilihat selama perjalanan. Berjalan kaki di jalan berbatu (makadam) dengan variasi tanjakan dan turunan, jalanan becek, hujan gerimis, udara dingin, matahari sore dan gelapnya malam adalah kelengkapan yang tidak mudah kita dapatkan sehari-hari.
Sekalipun basah, dingin dan berpeluh, jangan kira perjalanan ini adalah perjalanan para petualang yang heroik. Kami berlima berjalan tanpa target waktu. Kami berjalan sambil menikmati suasananya. Kecepatan dan kekuatan fisik bukan hal yang terlalu penting dalam perjalanan kami. Jarak sepanjang kurang dari 20 km itu kami tempuh dalam hitungan sekitar 6 jam. Berangkat sebelum pukul 2 siang dan mengakhirinya menjelang pukul 8 malam. Tapi ini bukan tanpa henti lho … kami beristirahat setiap 2 jam sekali selama 1 jam. Waktu istirahat diisi dengan mencuci muka, berleha-leha, minum kopi, masak-masak, ber-gossip, dan tertawa riang. Semuanya penuh dengan kegembiraan. Terlebih jika membahas betapa kita ternyata “tidak sehebat” dulu lagi.
Mission accomplished, begitulah akhir dari perjalanan ini. Kami berlima akhirnya berhasil menyelesaikan misi jalan kaki ini. Misinya tentu saja tidak muluk2. Misinya hanya sampai di tujuan, badan bugar, kebersamaan, dan tentu saja terapi mata dengan keindahan alam Indonesia. Terlebih perjalanan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya kami berlima untuk hadir dalam Musyawarah Besar dan Rapat Anggota Perkumpulan Telapak 2010 yang bertempat di Kampung Citalahab Sentral.
Selasa, 02 Maret 2010
Mission Accomplished
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
heulang jawa,
tulisannya bagus, ringan enak dibaca tapi menohok. selamat berjalan menapak dunia.
@ itok: makaciih bu ... kapan mau ikutan jalan kaki lagi?
Waaahh.....
Buku yang di baca kak ejhon itu memang bagus kalau di baca di tengah hutan gitu. hahahha...Berasa jadi Torak kan kak Ejhon?? :P
Posting Komentar