Kamis, 04 Februari 2010

Napak Tilas Telapak BAGIAN #1

Ulang tahun Telapak baru saja lewat. Perayaan di BT Jawa Barat diisi dengan gegap gempita potong tumpeng, foto bareng, makan-makan, dan nyanyi bareng pun sudah berakhir. Semuanya sudah dirasakan dan diceritakan lengkap oleh Pak Gubernur Yayat dalam blog ini. Tapi … rasa2nya ada satu hal yang kelihatannya belum lengkap diceritakan dalam rangkaian itu. Apa dan bagaimana ceritanya, mungkin hanya pelakunya lah yang bisa bercerita.


Merencana napak tilas

Diawali dengan sebuah lontaran ide di pagi hari yang cerah. Sebuah meja kecil bulat di kedai Telapak tempat ide tersebut terlontar. Adalah Ruwi yang duduk manis (yang bener?) minum kopi sambil menggoyang-goyangkan pergelangan kakinya. Dia berujar, “Ehh … Oiek, gimana kalo kita jalan kaki napak tilas? Kita mengunjungi tempat-tempat di mana Telapak pernah dan sedang ada di seputar Bogor. Siapa tahu ini bisa jadi awal tradisi di Telapak.” Saya tak mampu bereaksi ketika itu. Saya baru datang 3 detik, langsung disuguh oleh ide ini. Minum kopi juga belum. Ketika pantat ini mendarat di salah satu kursi di sana, mulailah saya berpikir. “Hmmm … sebuah ide yang menarik sebenarnya. Lumayan kan bisa melakukan kegilaan tapi di dalamnya ada nuansa idealistik,” begitu yang saya bayangkan. Iya doong. Berjalan kaki itu semestinya menjadi roh dari setiap kegiatan di Telapak. Itu juga yang disimbolkan dalam bentuk logo “telapak kaki” manusia dalam lambang Telapak. Belum lagi manfaat kebugaran yang mungkin didapat dari berjalan kaki. Akhirnya saya pun mengiyakan ajakan ini, setelah sebelumnya (tentu saja) minta exit/permit dulu sama ibunya anak2. Maklum lah napak tilas ini bisa dianggap sebagai upaya “gila-gilaan” dan pake nginep segala … hehehe.

Segera setelahnya perjalanan pun dirancang. Siapa yang akan diajak, kapan dilaksanakan dsb dsb. Karena perjalanan akan menempuh jarak puluhan kilometer, maka perjalanan dirancang selama 2 hari 1 malam. Rute kami adalah Gedung Alumni IPB (kantor Telapak) – Sempur Kaler 16 – Kippy Sudirman – Gekko (Yasmin sektor 5) – Sekretariat LAWALATA IPB (Kampus IPB Darmaga) – Cibanteng Motor – Ciapus (rumah Budi Hartono). Di hari-hari berikutnya, kami berdua mulai bergerilya mengajak teman2 untuk bersama-sama melakukan “napak tilas”. Sementara Ruwi menyiapkan sebuah bentuk prasasti yang akan ditinggalkan di setiap tempat yg dikunjungi. Prasasti itu berbentuk sepasang telapak kaki yang terbuat dari logam. Dan akhirnya, kami pun sudah berkumpul di Gedung Alumni untuk memulai perjalanan. Tiga orang teman siap mengikuti perjalanan kami dari titik start, yaitu Hendaru, Itok dan Wishnu.

Menuju Sempur hingga Yasmin

Rabu, 20 Januari 2009, tepat pukul 18.00 saya, Ruwi, Hendaru, Itok, dan Wishnu memulai perjalanan napak tilas. Kami dilepas oleh beberapa teman dengan ucapan do’a. Kaki-kaki kami langkahkan dengan harapan semoga bisa selamat sampai tujuan tanpa pingsan. Rute Baranangsiang – Sempur kami tempuh dengan jalan santai setengah jam. Sebelum mendekati sasaran di Sempur, kami menyempatkan berhenti sejenak untuk menunaikan sholat maghrib (bagi yang sholat) di Mesjid Sempur. Tiba di sasaran, langsung prasasti kami siapkan. Telapak kaki berwarna silver kami lekatkan dengan paku pada pagar rumah di Sempur Kaler 16. Di sekitar kami seorang kru media Kotahujan.com mengambil gambar kejadian ini dengan video. “Mirip kejadian di filem-filem,“ seru saya dalam hati. Maklum takut terdengar jadi terkesan sok hebat, padahal ini baru kilometer awal.

Selesai dengan Sempur, kami pun beranjak mendaki tebing Ciliwung menuju Kippy Sudirman. Langkah kami berangsur pelan, maklum kami bukanlah pendaki gunung yang berstamina prima. Sepuluh menit kemudian sampai lah kami di sasaran kedua. Sebuah percetakan dengan sajian jus stroberi sudah menanti. Ternyata sepuluh menit mendaki sudah cukup membuat kami semua berkeringat. Wajar saja jika kami butuh jus stroberi yang segar itu. Seperti sebelumnya, sebelum kami beranjak pindah tempat, kami kembali memasang prasasti telapak kaki di depan Kippy Sudirman. Di sini kami harus berpisah dengan Wishnu. Yaa … maklum lah beliau kan sudah kasih kami dengan suguhan jus stroberi gratis. Jadi tak perlu lah melanjutkan perjalanan …. Hehehe (punten ahh … bercanda Oom Wishnu).

Perjalanan kami mulai terasa jauhnya. Kippy Sudirman menuju Gekko rasanya panjaaaang betul. Kami melintasi Jalan Sawojajar, Jalan Cibalok, Jalan Martadinata, Jalan Cimanggu Kecil, Jalan Raya Cimanggu, Jalan Johar, jalan tembus Cimanggu-Yasmin, dan boulevard Yasmin. Sela-sela jempol kaki saya rasanya lecet karena sendal jepit. Kaki-kaki pun terasa pegal. Hwaduuuh … belum seberapa nih saya pikir. Di pertigaan Cimanggu, kami berpisah dengan satu-satunya teman perempuan dalam perjalanan ini. Itok pamit pulang karena harus mengurus anaknya. Sekitar pukul 21.00 kami akhirnya mendarat dengan mulus juga di Gekko.

Bagi kami perjalanan Bogor-Yasmin memang terasa panjang. Belum lagi perut terasa sangat lapar karena saya dan Ruwi belum makan. Hendaru sendiri sempat makan nasi bungkus ketika beristirahat di Kippy Sudirman. Akhirnya kami pun beristirahat agak lama di Gekko. Mengisi bahan bakar dengan nasi dan dilanjutkan dengan kopi memang tepat. Sementara Hendaru meluruskan badan dengan tontonan filem komedi dari televisi. Sekitar 2 jam kami habiskan di tempat ini. [BERSAMBUNG]

0 komentar: