Ketika genderang perjuangan ditabuh, maka segala daya upaya harus dikerahkan sebisanya. Tetesan peluh dan putar otak sudah pasti akan dialami. Bertahan untuk tetap konsisten dan tak mengenal kata ‘mundur’. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung ... kata semboyan perjuangan arek2 Surabaya saat melawan penjajah Belanda puluhan tahun silam.
Demikian juga yang dialami oleh salah seorang saudara kita yang hidup di tepi perbukitan berkabut Gunung Halimun. Saat ia menyatakan siap untuk membuat “perubahan menuju kelestarian dan kerakyatan” di kampungnya, maka sejak saat itu pula ia harus terus memutar roda perjuangannya. Dengan atau tanpa kekuatan fisik dan politik. Dengan atau tanpa bantuan dukungan dari kawan. Serta dengan atau tanpa dukungan pendanaan. Ia terus berupaya menggerakkan seluruh anggota badan dan panca inderanya untuk bekerja. Bekerja bermuara pada pemenuhan tujuan perubahan yang ia maksud. Jalan yang ditempuhnya adalah mencalonkan dirinya sendiri menjadi Kepala Desa Cipeuteuy. Sebuah desa kecil dan miskin di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi.
Salah satu upaya saudara kita ini adalah penggalangan dukungan dana untuk membiayai kampanye-nya. Cara yang ia pilih adalah mencetak T-Shirt (kaos) edisi terbatas dengan desain menarik. Desainnya diilhami dari suasana keseharian warga Desa Cipeuteuy. Suasana keseharian sebagai petani. Kaos2 tersebut selanjutnya dijual kepada teman dan saudara2nya untuk menggalang dukungan dalam bentuk uang.
Rasanya tak perlu mencoba menganalisis apakah menjual kaos bisa menghasilkan dana puluhan juta rupiah yang dibutuhkan utk kepentingan kampanye pilkades. Semua orang juga pasti tahu jawabannya tidak mungkin. Kalau pilihannya adalah berjualan narkoba atau berjudi ... atau bisnis esek2 bisa jadi jawabannya mungkin. Tapi Kosar, saudara saya itu ternyata tak mau memilih pilihan kedua.
“Yaah daripada bikin dosa, daripada diem aja, usaha apapun deuh ... yang penting halal!” katanya dengan senyum mengembang (seperti biasa).
Dua hari lalu, ia datang ke Bogor sambil menyerahkan 50 lembar kaos edisi terbatas itu. Tak banyak yang ia katakan. Ia hanya berharap kaos edisi terbatas ini bisa terjual kepada teman maupun saudara2nya di seputaran Jabodetabek. Sejumlah kawan langsung membeli kaos bergambar seorang ibu tani dengan tulisan “ngored di serang urang”.
Semoga berkah upayamu ini saudaraku ... aku beli satu yaa, untuk menjadi kebanggaan bagiku yang pernah mengunjungi Desa Cipeuteuy.
Rabu, 05 Oktober 2011
Jual Kaos untuk Pilkades ...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar