Kepala TN Gede Pangrango (TNGP), beberapa pejabat dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat dan Kementrian Kehutanan Jakarta, datang meresmikan penggunaan mikrohidro di Kampung Ciwaluh – sebuah desa pinggiran TNGP. Secara simbolis Pak Iwan, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, memencet tombol dimana aliran listrik mengalir. Beberapa orang perwakilan sebuah perusahaan energi bertaraf nasional juga turut menghadiri acara peresmian penggunaan mikrohidro di Ciwaluh minggu lalu.
PNU Jabar berhasil menggandeng sebuah Yayasan Nir-Laba pengelola dana-dana CSR beberapa perusahaan Perancis yg punya kepedulian terhadap lingkungan. Mereka keroyokan memberikan sebagian keuntungannya untuk penyelamatan bumi. Dan kemudian beroperasilah listrik bertenaga air yg kemudian masuk Kampung Ciwaluh. Sungguh suatu capaian nyata atas kerja-kerja PNU Jabar sejauh ini yg dengan semangatnya ‘membangun industri pertanian berbasis energi lokal ramah lingkungan’. Listrik ini diperuntukkan ke mesin pengering kumis kucing sehingga produk-produk herbal itu siap ekspor dengan kualitas prima.
Masyarakat yg hadir berkumpul di rumah panggung yg sedianya merupakan gudang kumis kucing milik Mang Mpud, bertepuk gembira ketika tombol ditekan dan listrik mengalir ke lampu yg kemudian berkedip sepanjang acara. ‘Ah biar saja tidak perlu dimatikan, wong ini kan gratis listriknya’, kata Mpat. Secercah harapan kehidupan lebih baik terpancar di mata sekelompok masyarakat yg datang berbaju batik dan kemeja terbaiknya. Seorang Bapak berbisik ke teman di sampingnya, ‘itu teh dari kantor gubernuran di Bandung’. Jelas sekali terdengar nada kebanggaan karena kampungnya didatangi seorang pejabat.
Orang-orang itu tidak keberatan darimana asal pendanaan pembangunan yg masuk ke kampungnya ini berasal. Mereka senang ada harapan hidup peningkatan pendapatan dari harga kumis kucing. Rasa kagum dan bangga karena ada pejabat pemerintah yg datang menengok ke desanya. Apa salahnya dengan mempergunakan uang-uang dari pengusaha untuk membuat masyarakat ‘pintar’. Sampai suatu saat mereka sendiri bisa memutuskan sendiri apa yg terbaik untuk wilayah tempat tinggalnya. Apa yg salah dengan pendekatan seperti ini? Siapa juga kita ini yg menghakimi bahwa yg kita lakukan adalah lebih baik dari mereka? Ah rumitnya diskusi hati nurani dan keadilan di bumi. Dan kita terjebak diantara semua pihak yg merangkul kita dari berbagai arah.
Rita Mustikasari
Telapak
Rabu, 10 Maret 2010
Loves to Death, Peran NGO diantara Pemerintah, Lembaga Donor dan Swasta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
BRAVOOOOO ... TOP MARKOTOOOP!!!
Bangga rasanya tahu dan dengar perkembangan terbaru ini. Semoga masyarakat Ciwaluh makin sejahtera, semoga TN Gede-Pangrango makin bersahabat dengan alam dan manusia, semoga Telapak makin berguna buat keadilan lingkungan.
Posting Komentar