Minggu, 29 Maret 2009

Pertanyaan untuk Wishnu Tirta Direktur Utama PT. Poros Nusantara Utama

Wisnu TirtaKelola SDA Berbasis Komunitas
Kita pasti sering mendengar, melihat, atau bahkan merasakan dampak buruk yang ditimbulkan oleh pembangunan perusahaan pengelola Sumber Daya Alam (SDA). Misalnya, perusahaan pengelola kayu yang dengan seenaknya menebangi pohon tanpa memikirkan dampak buruk yang ditimbulkan. Orientasi mereka yang hanya ingin mengejar keuntungan, sering kali membuat masyarakat sekitar kena getahnya. Masyarakat bukannya untung dengan kehadiran perusahaan tersebut, malah buntung. Itulah fenomena yang terjadi dewasa ini.

Kondisi tersebut tidak mau ditiru oleh PT. Poros Nusantara Utama. Direktur utama PT. Poros Nusantara Utama, Wishnu Tirta, mengatakan, perusahaannya menerapkan sistem pengelolaan berbasis komunitas dalam mengelola SDA. Apa yang dimaksud dengan sistem pengelolaan SDA berbasis komunitas? Dan apa saja keuntungan yang diperoleh dari sistem tersebut? Untuk mengulasnya, Hutami Pudya dari Jurnal Bogor berkesempatan mewawancarainya, kemarin. Berikut petikannya.

Bisa dibilang Anda merupakan salah satu pengusaha sukses di Bogor. Bagaimana kiat Anda untuk mencapai kesuksesan tersebut?
Dalam mengelola beberapa usaha, saya mengandalkan satu modal, yakni kepercayaan. Jika kita sudah membangun kepercayaan, kita akan mudah dalam melangkah. Saya ambil contoh adalah usaha saya dibidang percetakan, yaitu Kippy Print Shop. Sejujurnya saya tidak memiliki modal yang besar untuk memulai usaha tersebut. Namun, hal itu tak lantas membuat saya patah arang. Saya pun mencari cara agar usaha saya dapat berjalan dan berkembang dengan baik. Untungnya saya memiliki teman banyak. Saya pun meminta bantuan mereka. Saat itu saya hanya bermodalkan ide, sedangkan modal uang dan alat saya tak punya. Maka dari itu saya meminta bantuan teman. Saya mengajak mereka untuk bekerjasama. Saya berusaha membangun kepercayaan kepada mereka dan meyakinkan mereka bahwa usaha yang akan dibangun memiliki prospek yang baik. Akhirnya, saya pun mampu mengajak mereka kerja sama. Hasilnya, usaha tersebut dapat berjalan dan berkembang hingga kini.

Apa saja perusahaan yang Anda pimpin dan Anda kelola saat ini?
Saat ini saya dipercaya menjabat sebagai Direktur Utama Kippy Print Shop, perusahaan yang bergerak di bidang desain grafis dan percetakan. Kemudian saya juga menjabat sebagai Manajer Kedai Telapak, yang merupakan usaha dibidang restauran atau rumah makan. Selain itu, saat ini saya juga memiliki usaha minuman Tirta’s Berry yang akan saya upayakan menjadi bisnis waralaba namun lebih kepada pola kerja sama. Jadi tidak terlalu ribet seperti waralaba yang lain. Saya juga dipercaya menjadi Direktur Utama PT. Poros Nusantara Utama, perusahaan yang bergerak di bidang pemanfaatan dan pengelolaan SDA di Indonesia.

Dapatkah Anda menjelaskan tentang bidang usaha PT. Posros Nusantara Utama?
Pemanfaatan dan pengelolaan SDA yang dilakukan oleh PT. Poros Nusantara Utama adalah berbasis komunitas. Maksud dari pengelolaan SDA berbasis komunitas adalah kita melakukan kerja sama dengan masyarakat yang tinggal di daerah yang akan kita olah SDAnya. Jadi PT. Poros Nusantara Utama dengan masyarakat terjun bersama mengelola SDA yang terkandung di daerah tersebut. Sehingga tidak perusahaannya saja yang diuntungkan, tetapi masyarakatnya pun ikut merasakan.

Mengapa PT. Poros Nusantara Utama bergerak dalam bidang pengelolaan SDA berbasis komunitas?
Kami bergerak dalam bidang pengelolaan SDA berbasis komunitas lantaran keprihatinan kami jika terdapat perusahaan yang mengelola SDA, tetapi warga di sekitarnya hidup sengsara. Sengsara yang dimaksud bisa disebabkan oleh perusahaan terlalu menguasai SDA di daerah tersebut sehingga masyarakatnya sendiri tidak kebagian. Walaupun kebagian, hanya kebagian sedikit. Bahkan banyak kasus terjadi, perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan SDA terlalu fokus dalam mengeruk keuntungan sehingga mereka tak memikirkan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Akibatnya, masyarakatnya pun yang dirugikan. Hanya memeroleh keuntungan sedikit, namun mereka juga yang menanggung bencana yang ditimbulkan. Gambaran sederhananya begini, ada sebuah perusahaan yang bergerak dalam pemanfaatan kayu. Perusahaan itu membabi buta dalam penebangan hutan. Pekerja yang bertugas menebangi pohon pun dari masyarakat sekitar, gajinya pun tak seberapa. Namun, ketika bencana banjir dan tanah longsor datang, masyarakat sekitarlah yang kena. Tidak imbang bukan dengan pendapatannya di perusahaannya tersebut. Perusahannya makmur, masyarakatnya sengsara. Saya tidak mau hal itu terjadi di perusahaan kami.

Lantas, apa saja yang telah dilakukan PT. Poros Nusantara Utama pada saat ini?
Banyak hal yang telah kami lakukan dalam pemanfaatan SDA. Di Bali, kami tengah membudidayakan ikan hias serta terumbu karang. Kami tidak menggunakan alat-alat berbahaya dalam menangkap ikan hias tersebut. Kami menggunakan jaring untuk menangkap ikan hias tersebut. Nantinya, ikan-ikan hias itu akan dijual ke daerah lain, bahkan sampai di ekspor ke luar negeri. Tidak hanya ikan, terumbu karang pun kami jual, tetapi kami tak lupa untuk melakukan regenerasi terumbu karang dan ikan-ikan hias, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga dan SDA pun masih ada. Untuk memaksimalkan budidaya tersebut, kami bekerja sama dengan Florida. Kami pun tengah mengekspor kumis kucing ke luar negeri. Kami juga mengelola kayu jati. Kayu jati yang kami kelola bersifat ramah lingkungan. Maksudnya adalah kayu yang dalam pengelolaanya turut melestarikan lingkungan. Harganya bisa dua sampai lima kali lipat lebih mahal daripada kayu yang tidak ramah lingkungan.

Apa saja manfaat yang diperoleh oleh masyarakat dari sistem usaha yang diterapkan oleh PT. Poros Nusantara Utama?
Manfaat paling utama yang diperoleh oleh masyarakat dari sistem pengelolaan SDA berbasis komunitas adalah masyarakat ikut diuntungkan, baik dari materil maupun non materil. Ingat, pengusaha yang mendirikan perusahaan di suatu daerah yang memiliki potensi SDA, hanya menumpang di daerah tersebut. Jadi mereka harus tahu diri. Jangan hanya memikirkan keuntungan perusahaan tetapi pikirkan juga kesejahteraan masyarakat sekitar dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. Kemudian cari cara untuk menghindari dampak buruk tersebut. Dengan pengelolaan SDA berbasis komunitas, masyarakatnya pun akan tetap merasakan ekosistem yang seimbang sehingga bencana alam pun dapat dihindari.

Bagaimana upaya yang dilakukan agar masyarakat mau diajak kerjasama menjalankan pengelolaan SDA berbasis komunitas?
Seperti tadi yang sudah saya ungkapkan, dalam menjalankan sebuah usaha, harus menanam kepercayaan terlebih dahulu. Begitu pula yang saya lakukan di PT. Poros Nusantara Utama. Saya mensugesti masyarakatnya bahwa sistem yang akan kami terapkan akan mendatangkan banyak keuntungan kepada mereka. Kami juga menekankan kepada mereka bahwa perusahaan kami senantiasa menjaga keseimbangan ekosistem. Jadi masyarakatnya pun diajak untuk menjaga lingkungan sekitar. Kalau mereka sudah menaruh kepercayaan kepada kami, dan kami pun menaruh kepercayaan kepada mereka, maka semuanya akan berjalan dengan baik.

Apa cita-cita Anda waktu kecil? Apakah sudah berniat ingin menjadi pengusaha?
Cita-cita saya waktu kecil bukan ingin menjadi apa, misalnya menjadi dokter, guru, arsitek, dan pengusaha sekalipun. Dulu cita-cita saya sederhana, yakni ingin melakukan sesuatu yang berguna untuk orang lain. Itulah yang mendorong saya berada di level sekarang. Saya selalu berusaha melakukan sesuatu yang berguna bagi diri saya sendiri dan orang lain. Saya pun selalu membangun relasi pertemanan kepada siapa saja, kepada pengusaha lain, guru, dosen, pedagang kaki lima, pemulung, wartawan, pokoknya saya senang berkawan.

Apa harapan Anda?
Harapan saya tentunya apa yang saya jalani sekarang diberi kemudahan oleh Tuhan. Selain itu, saya juga berharap tidak ada lagi kasus perusahaan pengelola SDA atau perusahaan yang bergerak di bidang apapun menyengsarakan masyarakat sekitarnya dan jangan merusak lingkungan. Ajaklah mereka bekerja sama dalam pengelolaan SDA dan menjaga lingkungan.

Sumber=
http://www.jurnalbogor.com/?p=15598

0 komentar: